Hama dan Penyakit Tanaman Lada Beserta Strategi Pengendaliannya


PDFCetakE-mail
Oleh Kiki Yolanda,SP   

Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal di pasar internasional melalui produk lada putih dengan sebutan “Muntok White Pepper”. Masalahnya, produksi lada putih terus menurun dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Tahun 2002 produksi lada putih Bangka mencapai angka 32.611,94 ton sedangkan pada tahun 2011 hanya mencapai 28 241,51 ton (BPS Babel, 2012).
Serangan hama dan penyakit menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan produksi lada. Hama utama yang menyerang tanaman lada adalah penggerek batang, pengisap bunga, dan pengisap buah. Sedangkan penyakit utama lada adalah penyakit kuning, busuk pangkal batang (BPB), dan penyakit keriting/kerdil. Strategi pengendalian hama dan penyakit utama lada dapat dilakukan dengan menerapkan teknik budidaya sesuai anjuran, menanam Arachis pintoi sebagai tanaman penutup tanah, dan pengendalian secara hayati yang dipadu dengan kimiawi.
Gejala Serangan dan Kerusakan yang Ditimbulkan
Penggerek Batang Lada (Lophobaris piperis)
Penggerek batang lada (Lophobaris piperis) merupakan hama yang paling merugikan. Larvanya menggerek batang dan cabang. Gejala awal berupa layu dan daun menguning kemudian bagian yang digerek mengering dan mudah patah. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman mati. Stadia dewasa menyerang pucuk, bunga, dan buah sehingga produksi dan kualitas buah menurun.

Hama pengisap bunga (Diconocoris hewetti)
Hama pengisap bunga (Diconocoris hewetti) merusak bunga dan tandan bunga baik pada stadia nimfa maupun dewasanya. Gejala serangan ringan berupa kerusakan tandan, salah bentuk, dan buah menjadi sedikit. Bila serangan berat menyebabkan bunga rusak, tangkai hitam, dan bunga gugur.

Hama pengisap buah (Dasynus piperis)
Hama pengisap buah (Dasynus piperis) aktif pada waktu pagi dan sore hari, sedangkan siang bersembunyi pada bagian dalam tajuk tanaman. D. piperis menyerang hamper di seluruh sentra lada di Indonesia dan menyebabkan kerusakan buah 14,72-36%. Hama ini merusak pada semua stadia pertumbuhan dengan cara mengisap cairan dari bunga, buah, pucuk muda, dan tangkai daun. Gejala kerusakan berupa bercak kehitaman pada buah, buah menjadi hampa. Dan buah muda berguguran sehingga tandan buah menjadi kosong.

Penyakit Kuning
Penyakit kuning disebabkan oleh keadaan yang kompleks berupa serangan nematoda (Radopholus similis dan Meloidogyne incognita), jamur parasit (Fusarium oxysporum), tingkat kesuburan tanah yang rendah, serta kelembaban atau kadar air tanah rendah. Penyakit ini banyak dijumpai di wilayah Bangka dan Kalimantan dan menyebabkan kehilangan hasil sebesar 80%. Penyakit kuning diawali serangan nematoda R.similis dan M.incognita, luka akibat serangan nematoda memudahkan F.oxysporummenginfeksi tanaman. Adanya serangan nematoda dan jamur juga menyebabkan tanaman peka terhadap kekeringan dan kekurangan unsur hara.
Gejala penyakit kuning terlihat di bagian tajuk dan akar permukaan tanah. Pertumbuhan tanaman yang terserang akan terhambat, daun kuning kaku, dan akar rusak. Pada stadium penyakit semakin tinggi daun akan mengarah ke batang, rapuh sehingga mudah gugur dan akhirnya tanaman gundul. Gejala serangan berupa kerusakan akar akibat serangan R.similis dan terdapat bintil-bintil akar (puru) akibat serangan M.incognita.

Penyakit Busuk Pangkal Batang

Penyakit busuk pangkal batang disebabkan oleh patogen Phytophthora capsici, penyakit ini dapat menyebabkan kematian tanaman dalam waktu singkat. Gejala khas dari penyakit ini berupa warna biru-kehitaman pada pangkal batang yang kadang disertai dengan terbentuknya lendir. Gejala pada daun berupa bercak hitam bergerigi seperti renda pada bagian tengah atau tepi daun. Gejala ini tampak jelas pada daun segar dan sulit diamati pada daun yang telah mongering atau pada gejala lanjut. Patogen ini juga menyerang buah-buah yang berada dekat dengan permukaan tanah sehingga buah menjadi berwarna hitam dan busuk.
Penyakit Keriting/Kerdil

Penyakit keriting/kerdil disebabkan oleh virus seperti pepper yellow mottle virus (PYMV) dan cucumber mosaic virus (CMV). Penyakit ini tidak bersifat mematikan namun dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan penurunan produksi. Penyakit kerdil ditandai dengan gejala daun muda berukuran kecil sampai keriting berwarna kuning pucat dan belang-belang. Ukuran buah lebih kecil dari buah normal dan serangan berat menyebabkan tanaman tidak berproduksi. Penyebaran penyakit dibantu oleh serangga vektor (Aphis sp., Planococcus sp., dan Ferissia virgata), alat-alat pertanian yang dipakai pada tanaman sakit, serta bibit dari tanaman induk yang terserang.
Strategi Pengendalian
Mengingat lada merupakan komoditas ekspor yang penting serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi, pengendalian hama dan penyakitnya harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya kehilangan hasil sehingga merugikan petani.  Namun demikian, pengendalian yang diterapkan harus tetap bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pengendalian kimiawi hanya dilakukan jika populasi hama tinggi atau intensitas serangan tinggi melebihi ambang ekonomi.
Teknik budidaya Sesuai Anjuran
Pertanaman lada yang sehat diawali dengan penggunaan bahan tanaman yang sehat. Bibit lada yang sakit akan menjadi sumber inokulum di daerah yang baru. Sampai saat ini, belum ditemukan varietas lada yang tahan dengan semua jenis hama dan penyakit. Penggunaan varietas yang toleran hama dan penyakit diharapkan mampu menekan kerugian akibat serangan hama dan penyakit. Bibit yang ditemui gejala kerdil tidak boleh ditanam dan harus dimusnahkan.
Tanaman lada tidak membutuhkan pencahayaan matahari penuh dan hanya membutuhkan 50-75% pencahayaan, sehingga tajar yang digunakan sebaiknya adalah tajar hidup. Kelebihan tajar hidup antara lain mudah didapat, mudah dipelihara, dan harga yang tidak terlalu tinggi. Beberapa tanaman yang dapat dijadikan tajar hidup lada antara lain dadap, kapok, glirisida, kalum-pang, angsana, dan kedondong pagar.
Pemangkasan sulur cacing dan sulur gantung dapat menekan infeksi P.capsici dan penggunaan A.pintoi sebagai tanaman penutup tanah yang disiang terbatas (bebokor) diketahui dapat meningkatkan populasi musuh alami penggerek batang lada. Pembuatan parit dan saluran drainase di sekeliling kebun dapat mencegah penyebaran patogen dari lahan terinfeksi dan mencegah air yang menggenang di dalam kebun. Tanaman yang terserang virus kerdil harus dimusnahkan dengan cara dibakar sedangkan tanaman yang terserang BPB selain dimusnahkan dengan cara dibakar, dan lubang bekas tanam yang terserang juga dibakar dan disiram dengan bubur bordo.
Pengendian Hayati dan Kimiawi
Beberapa agens hayati diketahui dapat mengendalikan penyakit BPB dan penyakit kuning. Trichoderma harzianum dapat mengendalikan serangan BPB, sebaiknya diberikan pada awal tanam yang ditambahkan bahan organik atau potongan alang-alang secara berkala. Di sekitar tanaman yang menunjukkan gejala BPB diberi fungsida sistemik atau disiram bubur bordo, selanjutnya dilakukan aplikasi T.harzianum 2-4 minggu kemudian.
Pengendalian hama penggerek batang dan penyakit kuning dapat dilakukan dengan memberikan pestisida berbahan aktif karbofuran 30-50 g/tanaman yang dikombinasikan dengan bahan organik. Pengendalian penyakit kuning juga dapat dilakukan dengan aplikasi kombinasi bahan organik dengan bakteri Pasteria penetrans.  Menurut Wiratno et al (2011) minyak serai dapat menyebabkan mortalitas D.hewetti sebesar 47% pada konsentrasi 2,5% dan gabungan minyak serai wangi dan lengkuas (1:1) konsentrasi 2,5% menyebabkan mortalitas sampai 82%.
SHARE

Rawan Udi Purwito

Saya seorang petani: Tanaman Pangan dan Tanaman Keras. Tanaman Perkebunan. Tanaman Lada atau Mrica,

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar